Chrisjon (Super Champions kelas bulu WBA)


Chrisjon dianugerahi gelar “Super Champions” tinju kelas bulu dunia versi WBA. Petinju kebanggan Indonesia bernama lengkap Christian Johannes, itu menyandang gelar itu setelah 10 kali mempertahankan sabuk juaranya secara berturut-turut tanpa putus, sejak 2003. Penganugerahan gelar “Super Champions” itu dilakukan dalam sidang WBA di Cartegana, Kolombia, 31 April hingga 2 Mei 2009.


Manajer sekaligus pelatih Chris John, Craig Christian mengatakan, pada sidang ituChris John akan menjadi tamu kehormatan. Pemberian gelar Super Champions ini diberikan setelah Chris John mempertahankan gelarnya sebanyak 10 kali berturut-turut, dengan mengalahkan sejumlah lawan antara lain Juan Manuel Marquez (Meksiko), Hiroyuki Enoki (Jepang), Jose Cheo Rojas (Venezuela), Osamu Sato (Jepang.

Bahkan Chris John telah berhasil mempertahankan gelar juara dunia hingga 11 kali tanpa putus sejak merebut gelar juara dunia kelas bulu WBA dari tangan petinju Colombia, Oscar Leon di Bali tahun 2003. Terakhir bermain seri melawan Rocky Juaerez di Houston Texas, Amerika Serikat, 28 Febuari 2009.

Dari 11 kali mempertahankan gelar tersebut, lima kali merupakan mandatory fight yaitu melawan Jose Cheo Rojas (Venezuela), Derrick Gainner (Amerika Serikat), Juan Manuel Marquez (Meksiko), Roinet Caballero (Panama), dan Hiroyuki Enoki (Jepang).

Sedangkan enam lainnya merupakan tarung pilihan (choice), yaitu melawan Renant Acosta (Panama), Jose Cheo Rojas (Venezuela), Tommy Browne (Australia), Osamu Sato dan Zaiki Takemoto (Jepang), serta Rocky Juarez (Amerika Serikat).

Sebelas kali pertarungan Chrisjon mempertahankan gelar tersebut, empat kali dimainkan di luar negeri, yaitu Jepang tiga kali, Australia sekali, dan Amerika Serikat sekali, serta enam kali di dalam negeri yakni Jakarta dan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.


Chrisjon, kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, 14 September 1979, telah membuktikan bahwa dialah yang terbaik di tinju kelas bulu dunia versi WBA. Chrisjon telah mengalahkan nama besar para penantangnya.

Pertama mengalahkan Osamu Sato (Jepang). Kedua mengalahkan Jose Rojas (Venezuele). Disusul, ketiga, menaklukkan Derrick Gainer (AS), mantan juara dunia WBA yang lebih diunggulkan tapi ditaklukkan pada 22 Desember 2004. Keempat, membungkam Tommy Browne (Australia. Kelima, menubur mimpi Juan Manuel Marquez (Meksiko), penantang pertama dalam pertarungan wajib, Sabtu 4 Maret 2006, di Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Dalam pertarungan dengan Marquez, penantang nomor satu yang disebut orang lebih kuat dan lebih cepat, tetapi ternyata Chrisjon lebih cerdik dan tak kalah cepat. Kecerdikan Chrisjon membuat Marquez tak berdaya dan harus mengubur impiannya merebut kembali sabuk juara tinju kelas bulu dunia versi WBA itu.

Chrisjon mengalahkan Marquez dengan angka mutlak. Dalam pertarungan itu, wasit Guillermo Perez Pineda, asal Panama, menghukum Marquez dengan memotong dua angka karena memukul Chrisjon terlalu rendah di bawah perut, setelah berulangkali memberi peringatan. Sementara ketiga hakim memberi angka mutlak bagi Chrisjon. Hakim Oscar Perez (AS) memberi nilai 116-110, Takeshi Shimakawa (Jepang) 117-111 dan Pinij Prayadsub (Thailand) menilai 116-112.


Sebelum mengalahkan Marquez, para pemerhati tinju dunia memandang Chrisjon dengan sebelah mata. Mereka menyebut, gelar juara dunia tinju yang dia sandang bukan hasil kerja keras. Chrisjon merebut gelar juara dunia hanyalah sebagai kado, titipan dari Marquez (juara dunia IBF) yang menundukkan Derrick Gainer (juara dunia WBA) dalam partai unifikasi gelar yang tidak disetujui WBA pada 1 November 2003.

Kekalahan Gainer itu membuat sabuknya dicopot dan diserahkan kepada Chrisjon yang menjadi juara ad interim setelah mengalahkan Oscar Leon di Bali, September 2003.

Kemenangan Chrisjon atas Marquez, membuktikan bahwa sabuk juara dunia yang dia terima bukan lagi titipan, tetapi hak yang diperoleh dari perjuangan.

Harus diakui penampilan Chrisjon jauh berkembang setelah lepas dari tangan pelatih tinju Sutan Rambing. Di tangan pelatih asal Australia, Craig Christian, Chrisjon menjadi garang sekaligus dingin dan cerdik. Pukulannya memang belum terlalu kuat, tetapi dia lebih percaya diri, cerdik dan pukulannya selalu mengenai sasaran.

Hanya saja, kubu Christian, terutama pelatih Bob Pidonovski, tampak terlalu memproteksi Chrisjon dari media. Sehingga promosinya menjadi sangat lemah. Akibatnya, secara langsung dan tidak langsung, bayaran Chrisjon hanya 131.000 dollar AS saat melawan Juan Manuel Marquez yang notabene merupakan salah satu petinju terbaik dunia

Continuar leyendo

Manado Gempar "Ikan Purba"


Dua nelayan asal Malalayang, Manado, Yustinus Lahama dan Delfie, tidak menyangka ikan hasil tangkapannya pada 19 Mei 2007 di perairan Teluk Manado, cukup menggegerkan dunia.

Pasalnya, ikan yang diketahui para ilmuwan dunia itu, sejenis "Latimeria menadoensis" atau Coelacanth, merupakan ikan purba yang sebenarnya sudah dianggap punah sejak 65 juta tahun lalu.

Sekarang ikan tersebut telah dipajang dan membuat gempar peserta dari berbagai negara yang ikut dalam ajang World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit, 11-15 Mei 2009.

Yustinus mengatakan, ikan purba tersebut ditangkap ketika tersangkut kail miliknya. Ketika ditarik nampak seekor ikan dengan panjang kurang lebih satu meter dan berat berkisar 30 Kg disertai bintik-bintik putih.

Ikan itu didapat pada kedalaman laut sekitar 105 meter, di pantai Malalayang, pada pukul 08.00 Wita, 19 Mei lalu. "Meski tergolong besar, namun ikan tersebut tampaknya tidak melakukan perlawanan lagi ketika diseret hingga ke dalam perahu," katanya, mengisahkan penangkapan itu.

Menurut data berbagai sumber, Coelacanth diartikan sebagai "duri yang berongga" berdasarkan kata Yunani coelia, "berongga" dan acanthos, "duri". Ini merujuk pada fisiknya yang berduri pada sirip yang berongga.

Coelacanth adalah ikan yang berasal dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup dari ikan berahang. Diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun lalu, sampai sebuah spesimen ditemukan di Timur Afrika Selatan, di perairan Sungai Chalumna tahun 1938.

Namun, sejak itu Coelacanth ditemukan di Komoro, perairan Pulau Manado Tua di Sulawesi, negara Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar dan Taman Llaut St Lucia di Afrika Selatan.

Di Indonesia, khususnya di sekitar Manado, spesies ini oleh masyarakat lokal dinamai ikan raja laut. Coelacanth terdiri dari sekitar 120 spesies yang diketahui berdasarkan penemuan fosil. Sampai saat ini, telah ada dua spesies hidup Coelacanth yang ditemukan yaitu Coelacanth Komoro, Latimeria chalumnae dan Coelacanth Sulawesi, Latimeria menadoensis.

"Hingga tahun 1938, ikan yang berkerabat dekat dengan ikan paru-paru ini dianggap telah punah semenjak akhir masa Cretaceous, sekitar 65 juta tahun yang silam," kata Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsrat Manado, Prof KWA Masengie.

Menurut dia, ada seorang iktiologis (ahli ikan), Dr JLB Smith kemudian mendeskripsi ikan tersebut dan menerbitkan artikelnya di jurnal Nature pada tahun 1939.

Ia memberi nama Latimeria chalumnae kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kurator museum dan lokasi penemuan ikan itu.

Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro di Samudera Hindia sebelah barat sebagai habitatnya, di mana beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 meter.

Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990-an beberapa individu juga tertangkap di perairan Mozambik, Madagaskar dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama.

Pada tahun 1998, enam puluh tahun setelah ditemukannya fosil hidup Coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara.

Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan purba itu secara fisik mirip Coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya.

Ketika ikan itu ditangkap dengan jenis yang lain oleh dua nelayan di Manado, informasinya langsung menghebohkan warga hingga ke telinga Gubernur Sulut, SH Sarundajang. Gubernur Sulut SH Sarundajang selaku penggagas pelaksana WOC, langsung mencari ikan tersebut dengan mengundang sejumlah peneliti dari berbagai akademisi, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Ikan tersebut langsung diamankan di Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut, disimpan di "cold storage", agar bisa terus bertahan hingga pelaksanaan WOC dan kepentingan ilmiah.

Manado Ocean Declaration (MOD) sudah disepakati pada WOC yang diikuti ribuan peserta dari 80 lebih negara di Manado, serta telah mencatat sejarah tentang penyelamatan laut dan konservasinya.

Namun, keberadaan ikan purba yang ternyata masih berada di perairan di dunia ini tetap mencuatkan ide, agar Coelacanth jadi maskot WOC.

Koordinator Media Center WOC Roy Tumiwa di Manado, mengatakan, ikan purba itu sudah dijadikan bahan diskusi di tingkat pemerintah dan stakeholder kelautan.

Keberhasilan menyelenggarakan WOC telah menjadikan Kota Manado terkenal ke berbagai penjuru dunia. Namun, akan lebih terkenal lagi, bila ikan purba coelancanth kelak dijadikan maskot WOC.

Continuar leyendo

Selamat Datang....!!!!

Selamat datang di BLOG MAN 2 Madiun,
selamat menikmati

Continuar leyendo